Verrochiomenyatakan pensiun melukis setelah menyaksikan bahwa lukisan muridnya yang satu ini lebih bagus dari lukisannya sendiri. 2. Leonardo membantu Raphael dan Michaelangelo dalam merancang katedral Santo Petrus. Maha karyanya yang sangat terkenal hingga kini adalah The Last Supper dan Mona Lisa. 9. Dia memiliki kemampuan untuk menulis Thearchaeology of religion and ritual is a growing field of study within archaeology that applies ideas from religious studies, theory and methods, anthropological theory, and archaeological and historical methods and theories to the study of religion and ritual in past human societies from a material perspective. Salahsatu foto itu berjudul “The Last Session” mirip judul lukisan Leonardo da Vinci “The Last Supper”. Disebut demikian, karena foto yang dibuat pada tahun 1993 itu, enam bulan bulan sebelum Cobain bunuh diri di awal tahun 1994. Jesse Frohman bersama foto-foto Kurt Cobain. Sumber: ct-pub.com. Tidakada yang tidak mengenal salah satu lukisan paling terkenal di dunia ini. Ya, dilukis oleh sang maestro Leonardo da Vinci. The Last Supper. Mona Lisa sendiri menjadi misteri karena belum ada yang bisa menjelaskan tentang sosok Mona Lisa itu sendiri, mulai dari senyumnya, hingga kepribadiannya. Dalam analisis rekaman film pembunuhan . Fakta dan Kisah Lukisan The Last Supper – Leonardo Da Vinci 633 403 Jesandy June 26, 2016 January 13, 2017 Siapa yang tidak mengenal Lukisan The Last Supper karya Da Vinci ini, lukisan Perjamuan Terkahir Yesus dengan keduabelas muridnya hampir menghiasi sebagian besar rumah orang Kristen di seantero pelosok, mulai dari pajangan di ruang tamu, lukisan besar di ruang keluarga atau gambar-gambar di buku. Tapi tahukah Anda bahwa lukisan asli The Last Supper bukan lukisan pada sebuah museum seperti pada umumnya, disimpan dan dipamerkan? Ya betul, sedikit yang mengetahui bahwa The Last Supper ternyata adalah sebuah mural dinding di GerejaLukisan The Last SupperThe Last Supper – atau perjamuan teraknir – merupakan lukisan mural yang dilukis oleh sang maestro artis berkebangsaan Italy pada periode jaman Renaissance – Early Modern – Leonardo da Vinci. Lukisan ini dibuat pada abad ke 15, pada dinding di dalam gereja Santa Maria delle Grazie, Milan, Italia. Lukisan ini mulai dibuat pada tahun 1495 dalam rangka renovasi gereja dan gedung biara oleh Ludovico Sforza, Bangsawan Milan – yang juga ternyata adalah pelanggan yang sering membeli karya-karya Leonardo pada saat itu. Mural yang berulang kali mengalami proses restorasi sejak pembuatannya ini, dipercaya terinspirasi dari Injil Yohanes 1321, yaitu gambaran reaksi murid-murid Yesus pada saat mengumumkan bahwa satu diantara mereka akan yang telah digandakan begitu banyaknya dan dicetak di berbagai media ini memiliki ukuran asli 460 cm × 880 cm, sang pelukis ingin menggambarkan respon yang berbeda-beda dari keduabelas murid mulai dari terkejut, marah dan tidak percaya bahwa hal itu akan terjadi. Figur dan respon setiap murid awalnya tidak diketahui, yang bisa diketahui dengan jelas hanya figur Yesus, Petrus, Yohanes dan Yudas, baru pada abad ke 19, berkat penemuan manuscript yang isinya merupakan catatan harian Leonardo da Vinci, nama-nama atau sosok dari lukisan tersebut dapat diketahui dengan dasarnya murid-murid dalam lukisan ini terbagi ke dalam 4 group dengan respond yang beraneka ragam dari kiri ke kananBartolomeus, Yakabus son of Alphaeus, dan Andreas, tiga orang dalam satu group, dan mereka semua terkejutYudas Iskariot, Petrus dan Yohanes berada di group setelahnya, Yudas memakai baju hijau biru dan tertutup bayangan, tampak ingin menarik diri dan segera keluar dari perjamuan terakhir ini. Pada gambar Yudas terdapat kantong kecil, sebagai eksposisi kantong perak yang digunakan untuk menukar Yesus atau memang menunjukan dia adalah seorang Bendahara keduabelas rasul Yesus. Pada sosok Yudas juga tampak dia sedang memegang tempat garam, dan berhubungan dengan pepatah timur tengah “betray the salt” yang berarti menghianati tuannya, dan satu lagi yang menarik posisi kepala Yudas adalah paling rendah diantara semua sosok murid secara horizontal. Petrus terlihat memegang pisau terlihat emosional, mungkin menggambarkan dia adalah murid yang melindungi Yesus atau juga reaksinya pada saat di Taman Getsemani pada saat penangkapan Yesus. Sementara Yohanes, pengikut yang termuda, digambarkan lemas dan tidak sadarkan ditengah, Yesus, yang kedua tangannya mengarah kepada roti dan cawan anggur yang merupakan simbolik, tubuh dan darah Kristus, inti dari perjamuan tersebut. Tapi yang menarik tangan kanan Yesus selain mengarah ke cawan juga mengarah ke mangkok, sama seperti Yudas yang juga mengarahkan tangannya ke mangkok, dan merupakan gambaran bahwa sebenarnya Yudaslah yang mengkhianati Yesus. Yang menarik dari figur Yesus, apabila kita mengamati dengan seksama, Da Vinci melukiskan dengan simbolik segitiga sama sisi, simbolik yang dipakai abad itu sebagai Trinitas atau Holy Divine, Yesus dilukiskan dengan sosok yang tenang dan hanya di dalam jalanNyalah akan ditemukan kedamaian sejati, dan bukan ke kanan atau ke kiri. Apabila diamati lebih dalam lagi, jika kita menarik garis prespektif pada langit-langit dan lantai lukisan, serta proporsi ruangan, posisi kepala Yesus benar-benar berada tepat di tengah, menggambarkan Dialah sentral, dan inilah arti Lukisan ini sebenarnya!Group berikutnya setelah Yesus adalah Tomas, Yakobus, dan Filipus. Tomas terlihat sangat sedih, menaikan jari telunjuknya sebagai gambaran ketidakpercayaan pada saat Yesus bangkit, Yakobus terlihat diam terpaku dan Filipus menampakan raut tubuh yang meminta Jude Thaddeus, dan Simon the Zealot berada di group terkahir, Baik Jude Thaddeus dan Matius mengarahkan badan mereka kepada Simon, mungkin dengan harapan dia mempunyai penjelasan atas apa yang baru saja Yesus sampaikanRestorasiSayangnya lukisan ini mengalami desaturasi atau catnya mulai terlihat pudar, ini disebabkan pada saat pembuatannya Da Vinci bereksperimen dengan menggunakan cat kering, yang seharusnya menggunakan cat basah agar bersatu dengan dinding atau wadahnya, tapi teknik baru Da Vinci ini memang diyakini akan membantu proses pembuatan lukisan menajdi lebih detail dari mural pada umumnya. Bahkan pada renovasi gereja satu abad sejak pembuatanya, dibuatlah pintu di dinding menuju ruangan lain, dan tentu saja menghilangkan sisi bawah yaitu bagian kaki Yesus. Belum lagi pada perang dunia ke dua serangan bom besar-besaran di kota Milan, hampir membuat sebagian lukisan ini rusak. Tapi lewat teknologi yang sudah semakin maju, lukisan ini direstorasi tanpa menghilangkan sisi aslinya, selain tentu saja membatasi jumlah wisatawan yang ingin melihat mural AlkitabWalaupun terlihat hanya sebuah lukisan dinding biasa, mural Lukisan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci menggambarkan situasi yang benar-benar kompleks, reaksi murid-murid yang beraneka ragam dan sosok Yesus dilukiskan dengan sangat simple oleh Leonardo Da Vinci, inilah alasan mengapa Lukisan The Last Supper begitu terkenalnya, telah diakui oleh beberapa Ahli bahwa lukisan ini masih banyak memiliki misteri yang belum terungkap dan seperti reliku religi Kristen yang lain, The Last Supper juga menjadi perdebatan yang tiada habisnya, maka tak heran interpertasinya telah disalahgunakan pada segala zaman dari sejak awal pembuatannya. Yang terakhir tentu kita ingat bagaimana film Da Vinci Code, melalui buku karangan Dan Brown, mencoba untuk menduga-duga apa sebenarnya arti lukisan ini, tentu saja demi popularitas dan profit semata, dugaan mereka adalah fiksi belaka, sangat jauh dari fakta kebenaran sejarah dan Alkitab. Lukisan The Last Supper ini hanyalah sebagai kejeniusan dan salah satu bentuk ekspresi sang maestro, yang memang pada jaman itu terkenal dengan seniman-seniman dengan ratusan karya kekristenanya, adalah Iman yang benar yang akan ditempa melalui fakta kebenaran dengan landasan Firman Tuhan dan bukan interpertasi sebuah Download Analysis, Pages 3 719 words Leonardo da Vinci’s The Last Supper Leonardo da Vinci’s famous oil painting, The Last Supper, depicts the Biblical story of Jesus’s last dinner with his disciples before his crucifixion. The colors used by the artist are rich, deep reds, blues and other jewel tones contrasting with the darkness of shadows. Although the picture historically has been thought to portray Jesus and the twelve disciples it appears that in fact, Mary Magdalene is the sole woman pictured with the group of men and is seated next to Jesus. Don’t waste time Get Your Custom Essay on “An Analysis of The Last Supper, a Painting by Leonardo Da Vinci” Get High-quality Paperhelping students since 2016 The lighting is focused to the right of the page, while the upper left corner is enclosed in shadows. All of the men pictures are either looking or gesturing toward the figure of Jesus in the middle, making it obvious that he is the center of the image. The faces are solemn, but all appear in conversation or interaction other than Jesus, who gravely looks down toward the table. Bread and other small assorted items are laid upon the table and the sandal adorned feet of all are visible below the draping white tablecloth. The objects such as walls, tables, etc other than the characters of the picture have sharp edges giving a contrast to the soft folds of the men and woman’s robes. Upon viewing the image, I have a feeling of somberness and importance. Based upon the dark shadows, deep colors, looks upon the faces of all figures, there is a sullen overtone to the piece. The feeling of importance stems from the focus upon Jesus at the center of the group. Disbelief or confusion also seems to be evident in the expressions of several figures that are looking away but gesturing toward the center of the table with their hands. The juxtaposition of Mary and Jesus at the center is very interesting. As was referenced by Dan Brown in the novel, The da Vinci Code, Mary and Jesus appear to be mirror images of one another, both in their position, facial features, and coloring of garments. Perhaps this is intended to represent some sort of relationship between them. Da Vinci seemed to intend this painting to be taken very seriously and to be a realistic depiction of this famous scene in the life of Christ. The exact moment was intended to be the reaction of the apostles following the announcement by Jesus that one of them would betray him. It was painted during the 1400’s in a Europe focused on Christianity and devoted much time and funding to promoting it. The painting now hangs in a church in Milan where it may be viewed for only a short time, due to the work’s delicate nature and multiple needs for restoration. The fact that is shown within a church, gives it even more weight in being a historical representation of what is regarded to be truth by the church. Being created during this religious era, the work was obviously influenced by the importance of Christianity in society at the time. If the character, who appears to be Mary, is in fact her and not one of the disciples, this would give that particular element of the picture a completely different meaning. While it may not have been influenced by a particular belief of da Vinci’s that Mary was equally important to Jesus, as has been fictionalized, it may mean simply that da Vinci found her to have an important role in the last days of Christ. It is important to be aware of both possibilities when viewing this work, so as to not be biased since there is no definitive answer regarding that figure’s sex. However, how an individual perceives art will never be identical to another’s perception. Thus, there is no exact meaning to attribute to this lack or existence of Mary. As a work of art, this painting has a high value. It was composed by one of the greatest master artists of all time and is one of his most famous works. The image is captured very realistically, and the use of color, tone, and figure placement adeptly conveys the tone and feeling. The embodiment of an important part of Christianity and the fact that it has remained so highly regarded and admired 600 years after its rendering, only amplify The Last Supper’s value to the art community. 3 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Lukisan “The Last Supper”, salah satu karya terbesar dari pelukis terkenal Leonardo da Last Supper merupakan sebuah lukisan mural yang dibuat oleh pelukis terkenal Italia, Leonardo da Vinci pada tahun 1495 – 1598. Lukisan ini berukuran 460cm x 880cm yang Digambar pada dinding ruang makan biara Santa Maria delle Grazie di Milan, Italia. Pada tahun 2022 ini, lukisan ini telah berumur 424 tahun. Usia yang sangat tua ya. Melalui mural ini, pelukis ingin menunjukkan bagaimana masing-masing murid melalui perasaan unik dan penuh kasih, ketika mendengar bahwa salah satu dari mereka akan menghianati Sang - teman saya mencoba menggambar lukisan The Last Supper. Gambar yang saya buat ini masih jauh dari sempurna. Semoga dengan terus berlatih hasil gambar yang saya buat semakin pesan dari lukisannya, semoga kita saling mengasihi satu sama lain. Lihat Seni Selengkapnya Leonardo da Vinci atau lengkapnya Leonardo di ser Piero da Vinci, adalah tokoh yang jenius dan berbakat di banyak disiplin ilmu secara sekaligus. Paling dikenal sebagai seorang seniman atau pelukis pada masa kini, namun sebetulnya ia menjamahi banyak bidang secara sekaligus. Dalam sejarah, Da Vinci dikenal sebagai pelukis, desainer, pematung, arsitek, inovator, teknisi, dan ilmuan secara bersamaan. Oleh karena itulah Da Vinci kerap dijuluki sebagai “Manusia Renaisans”. Artinya, Da Vinci adalah wujud fisik yang nyata personifikasi dari masa renaisans yang diselubungi rasa keingintahuan, pencerahan, dan pembentukan wacana umum baru di masa itu. Oleh karena itu, rasanya tidak ada salahanya jika kita menyelami kisah hidup serta berbagai pencapaian Da Vinci semasa hidupnya. Berikut adalah pemaparan mengenai biografi da Vinci, mulai dari masa kecil, pendidikan, pencapaian artistik, aliran seni yang dinaunginya, dan beberapa contoh dari karyanya dilengkapi dengan analisis singkatnya. Leonardi da Vinci adalah anak tidak sah dari Piero Fruosino di Antonio da Vinci, seorang Notaris Florentin dan Caterina, seorang gadis petani. Ia dibesarkan di Anchiano oleh kakeknya. Ayahnya kemudian menikahi gadis belia bernama Albiera, dan ia sempat berhubungan dekat dengan Leonardo sebagai ibu tirinya, namun sayangnya Alberia meninggal di usia muda. Leonardo da Vinci adalah anak pertama dari 12 bersaudara. Meskipun memiliki ibu kandung yang tidak sama, keluarganya tidak pernah memperlakukan Leonardo dengan berbeda. Mereka tetap hidup rukun seperti keluarga biasa lainnya. Pendidikan Awal Saat umurnya masih 14 tahun, da Vinci merantau ke Florence untuk berlatih dan mengambil program apprenticeship kepada Andrea del Verrocchio, Guru yang pernah belajar pada Donatello, seorang Master dari periode awal Renaisans. Verrocchio adalah seniman istana Medici, keluarga yang tersohor di kancah politik dan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan zaman renaisans. Florence adalah pusat artistik yang penting di Renaissance Italia dan telah menghasilkan banyak hebat termasuk Domenico Ghirlandaio, Pietro Perugino, dan Lorenzo di Credi. Pengaruh ayahnya di Itali sangat besar, hingga Leonardo da Vinci dapat belajar kepada Verrocchio di kota seprestisius di periode renesains mempelajari studi humaniora sebagai cara untuk memahami tempat manusia di dunia secara umum dan tidak hanya berfokus pada belajar menggambar. Selain menggambar, melukis, dan memahat, seniman ini juga mempelajari anatomi manusia, arsitektur, matematika dan ilmu pengetahuan lain. Renaisans adalah salah satu titik penting untuk para seniman, karena di masa ini seniman sudah tidak perlakukan sebagai tukang. Seniman akhirnya dapat setara dengan profesi penting lainnya, sehingga mereka juga harus mempelajari ilmu pengetahuan umum. Namun tidak semua pelajar memiliki tendensi minat yang sama seperti Da Vinci yang sangat haus pada seluruh disiplin ilmu yang ia pelajari. Di bawah bimbingan Verocchio, bakat Leonardo da Vinci sangat terarah dan semakin matang. Pendidikan yang dijalaninya di Florence mengasah imajinasi dan kemampuan teknis yang kemudian mengarahkannya pada penemuan-peneuman yang luar biasa. Da Vinci banyak meninggalkan rancang biru senjata militer dan alat-alat mekanik yang berkontribusi pada reputasinya sebagai seorang jenius di masa itu. Pendidikan Leonardo da Vinci di Florence berujung pada karya kolaborasi antara murid dan gurunya. Kolaborasi tersebut menghasilkan dua lukisan, yaitu The Baptism of Christ, 1475 dan The Annunciation, 1472-1475. Setelah enam tahun mengayom pendidikannya bersama Verocchio, Leonardo da Vinci diangkat menjadi anggota Guild of St Luke, sebuah grup seniman dan dokter umum yang berbasis di Florence. Masa Kematangan Artistik Leonardo banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari anatomi manusia. Terutama dalam cara tubuh manusia bergerak, keproporsionalan tubuhnya, ekspresi dan bagaimana mereka berinteraksi dalam keterlibatan sosial. Sebuah upaya yang dilakukan dengan menggunakan multi disiplin dari ilmu kedokteran, seni, humaniora dan sosiologi. Kesibukannya yang menggeluti berbagai disiplin ilmu menjadi salah satu alasan mengapa begitu sedikit karya yang ia ciptakan di masa hidupnya. Namun rasanya semua itu cukup layak untuk dilakukan. Ia meninggalkan banyak peninggalan lain seperti gambar-gambar yang dieksekusi dalam detail yang rumit, skala yang proporsional dan lain-lain. Semua hal yang ia pelajari tersebut berdampak besar pada karya yang dihasilkannya. Selama periode inilah ia bereksperimen dengan teknik-teknik melukis yang inovatif dan berbeda. Salah satu teknik Leonardo da Vinci yang paling terkenal adalah kemampuannya untuk menciptakan gradasi lembut melalui teknik sfumato. Menggunakan pengetahuan mendalam tentang bahan cat dan sapuan kuas ia mengembangkan teknik yang memungkinkannya untuk membuat model simulasi gradasi lembut dari daging dan kain pada lukisan. Serta highlight lembut dari bahan keras seperti Kristal atau permukaan halus tekstur rambut. Baca juga Teknik Lukis dibalik Misteri Senyuman Monalisa Sfumato Setelah invasi Perancis pada tahun 1499, dan penggulingan Duke of Milan, Leonardo mengasikan diri ke Venice. Kota dimana ia mulai merancang berbagai teknologi militer. Di Venice Leonardo da Vinci dipekerjakan sebagai insinyur militer, dimana tugasnya adalah untuk merancang sistem pertahanan angkatan laut. Pertahanan untuk kota yang sedang berada di bawah ancaman serangan militer Turki. Setelah pekerjaannya selesai, ia memutuskan untuk kembali ke Florence. Setibanya di Florence ia disambut layaknya seperti seorang selebriti disaat ia kembali pada rekan-rekannya di Guild St Luke. Kembalinya Leonardo da Vinci ke Florence memacu salah satu periode produktifnya dalam melukis. Karya-karya yang diselesaikannya pada masa ini adlaah Virgin and Child with Saint Anne, lukisannya yang paling terkenal Mona Lisa, dan Battle of Anghiari. Periode Akhir dan Kematian Pada tahun 1513, setelah pendudukan sementara Prancis di Milan, Leonardo pergi ke Roma di mana ia menghabiskan tiga tahun berikutnya. Kedatangannya menarik perhatian Raja Perancis François I yang menawarkan posisi permanen sebagai “pelukis dan insinyur pertama” di Royal Court Prancis. François I bukan hanya mempekerjakan Leonardo, namun seiring berjalannya waktu ia juga menjadi teman dekat sang seniman. Leonardo menghabiskan sebagian besar tahun-tahun akhir ini untuk menulis berbagai makalah ilmiah dan catatannya, bukan untuk lukisan. Meskipun lukisan terakhirnya, St John the Baptist diselesaikan pada masa ini. Masa akhir ini merupakan puncak dari studi ilmiahnya yang luar biasa dalam beberapa disiplin ilmu sekaligus. Pemikirannya tentang arsitektur, matematika, teknik, sains, anatomi manusia, serta filosofinya tentang seni, lukisan, gambar, dan humaniora memberikannya kredibilitas sebagai seorang jenius renaisans sejati. Leonardo meninggal pada 2 Mei 1519 di Clos Lucé. Persahabatan legendarisnya dengan François I mengilhami seniman Ingris untuk melukis detik-detik terakhir da Vinci menghirup nafas terakhirnya. Ia menggambarkan Leonardo da Vinci mati di pelukan sang Raja. Leonardo pada awalnya dimakamkan di kapel St Florentin, namun gedung itu hancur selama revolusi Perancis. Meskipun diyakini bahwa ia dimakamkan kembali di kapel St Hubert yang lebih kecil, lokasi pastinya masih belum dapat dikonfirmasi. Aliran Seni Rupa Leonardo da Vinci Aliran seni rupa Leonardo da Vinci dikategorikan sebagai High Renaissance. High Renaissance adalah aliran yang mengangkat kembali filsafat Yunani dan Romawi klasik yang sebelumnya dihilangkan oleh para kamu Goth. Aliran ini masih menggunakan mite dan cerita Rasul sebagai subjek utamanya. Namun studi Humaniora telah berkembang di era ini, sehingga interpretasi keilahian ditampakan dalam wujud yang lebih memanusia. Selain itu Seniman telah dianggap setara dengan profesi penting lain di masa renaisans, sehingga Pengetahuan Umum mulai digunakan untuk melengkapi teknik maupun wacana karya seni. Ilmu multi disiplin yang membuat Seniman pada masa ini dapat menjadi seorang Ilmuan juga dan bukan hanya seorang Tukang seperti pada zaman Gothic. Lukisan Leonardo da Vinci dan Analisisnya Lukisan Leonardi da Vinci yang paling terkenal mungkin adalah Monalisa dan Penjamuan Terakhir. Keduanya menggunakan teknik sfumato yang sayangnya memiliki kelemahan. Cat dari disapukan pada lukisan Penjamuan Terakhir mengelupas di makan zaman. Lukisan Monalisa juga mengalami keretakan yang cukup parah. Keduanya tidak dilukis pada media kanvas, Monalisa dilukiskan pada papan kayu, sementara Penjamuan terakhir pada dinding. Virgin of the Rocks Virgin of the Rocks 1486 oleh Leonardo da VinciLukisan ini memanfaatkan komposisi piramida segitiga yang umum digunakan oleh para seniman High Renaissance. Sehingga memberikan keseimbangan asimetris secara otomatis, meskipun ukuran dari subjek utama yang dilukis berbeda-beda. Di sini tampak studi gerakan anatomi Leonardo da Vinci memberikan dampak besar pada karyanya, bukan hanya masing-masing subjek saja yang tampak realistis, tapi suasana yang terbentuk dari interaksi antar satu sama lain subjek juga terlihat alami. Sikap dan tatapan mereka menciptakan kesatuan dinamis yang memberikan keindahan inovatif pada masa itu. Teknik sfumato-nya hadir dan menjadikan warna kulit dan kain menjadi tampak sangat lembut dan alami. Pengetahuannya mengenai perspektif juga membuat nuansa ruang tiga dimensi yang harmonis dan tepat. Lukisan ini adalah contoh awal penggunaan cat minyak sebagai media lukis yang relatif baru di Italia. Memungkinkan seniman untuk melukis detail kecil yang rumit yang selama ini tidak dapat dicapai oleh Tempera. Lukisan Penjamuan Terakhir The Last Supper & Analisisnya Lukisan Penjamuan Terakhir The Last Supper, oleh Leonardo da Vinci 1498Sebelumnya, belum pernah ada yang menggunakan teknik seperti ini digunakan untuk menggambarkan drama klasik momen penting pada malam perjalanan Kristus menuju penyaliban. Setiap detail kecil yang rumit dilukiskan oleh Leonardo da Vinci. Ia juga menggunakan perspektif satu titik, hasil kalkukasi dari pengetahuan matematisnya. Ia menempatkan Yesus di tengah dan hampir seluruh orang yang berada pada adegan tersebut memiliki ritme yang mengarahkan pandangan kita padanya. Sebagian orang tidak melihat padanya untuk membuat komposisinya lebih alami, namun terdapat beberapa tangan yang tetap mengarahkan pandangan kita pada Yesus. Penggunaan teknik perspektif satu titik hilang pada lukisan ini juga membuatnya bersatu pada media lukisnya, yaitu dinding. Dinding disulap menjadi seakan terdapat ruangan maya dibelakangnya, memberikan ilusi perluasan ruangan. Selanjutnya lukisan ini mempengaruhi semua kolega dan legasi Leonardo da Vinci pada saat itu, termasuk Michelangelo dan Raphael. Lukisan Monalisa & Analisisnya Monalisa Portrait of Lisa Gherarini 1503, oleh Leonardo da Monalisa, adalah potret Lisa Gherardini, istri seorang saudagar Florentine bernama Francesco del Gioconda. Komposisi setengah badan untuk lukisan potret adalah hal yang inovatif pada masa Renaisans. Biasanya komposisi seperti itu akan membuat subjek lukisan tampak terpotong dan kurang enak untuk dilihat. Namun Leonardo da Vinci berhasil menangkalnya dengan tidak memotong komposisi tepat pada bagian tengah badan, namun agak sedikit melenceng kebawah. Penggunaan sfumato menciptakan tekstur yang believable baik pada kulit potret maupun pakaian yang dikenakannya. Teknik itu juga menciptakan misteri enigmatik pada ekspresi senyuman Lisa yang terkenal hingga sekarang. Da Vinci juga menerapkan Aerial Perspective pada lukisan ini, yaitu pengetahuan mengenai semakin jauh objek, maka semakin pudar dan buram warnanya. Aerial Perspective diaplikasikan pada latar belakang lukisan. Hal tersebut membuat pemandangan di belakang Lisa tampak lebih alami pada Pemirsa. Teknik Chiaroscuro, atau teknik yang mengisolasi subjek dalam kegelapan juga menciptakan kedalaman yang realistis pada pada setiap anatomi yang disajikannya pada lukisan ini. Referensi

analisis lukisan the last supper